EMPAT LAWANG- Akibat tergerus derasnya aliran Sungai Musi, jalan kabupaten di Desa Kota Gading Kecamatan Tebing Tinggi kembali longsor. Hingga saat ini, sekitar 100 meter lebih kondisi badan jalan hanya sekitar satu meter dari tepi sungai, bahkan pada beberapa titik akses itu, tanah penahan badan jalan sudah mengantung.
“Sejak beberapa bulan terakhir, tanah penahan pinggir jalan sebelah sungai terus longsor. Kami khawatir jika terus terjadi, jalan ini akan terputus,” ungkap Mar (32) warga Desa Kota Gading kepada wartawan koran ini, Minggu (24/10).
Dikatakannya, dengan kondisi itu, diharapkan dapat dibangunkan tembok penahan atau setidaknya berupa beronjong penahan pada bagian sisi sungai. Saat ini jarak antara sungai dan badan jalan dengan lebar lebih kurang tiga meter itu hanya tinggal beberapa centimeter. Diantranya beberapa titik posisi badan jalan sudah menggantung.
“Hal ini terjadi mutlak karena alam, tanah dipinggir tau sisi jalan tergerus aliran air Sungai Musi. Terutama saat musim penghujan, longsoran tanah tanpa penahan itu terus terjadi,” kata Mar seraya berharap dapat segera diperhatikan pemerintah, agar akses menuju empat desa yaitu, Kota Gading, Baturaja Lama, Baturaja Baru dan Sugi Waras tidak terputus.
Sebelumnya, Kades Kota Gading, Marsidi mengatakan, untuk kondisi badan jalan sudah tidak menjadi kendala. Karena setelah dilakukan pengaspalan sejak satu tahun terakhir akses jalan menuju empat desa itu mulai lancar. Tetapi dengan kondisi badan jalan yang terancam lonsor, setidaknya warga didaerah itu mulai resah. Dalam hal ini pengajuan untuk pembangunan beronjong sudah disampaikan melalui Kecamatan Tebing Tinggi. Diharapkan dapat segera diperhatikan untuk kepentingan masarakat empat desa disekitarnya.
“Usulan sudah kami sampaikan melalui kecamatan, untuk dibagian hilir lokasi rawan longsor sudah dilakukan pembangunan beronjong. Tetapi memang tidak menyentuh lokasi itu, karenanya kami harap dapat dibangun sebelum akses jalan ini nantinya longsor dan terputus,” harap Marsidi seraya mengatakan, setidaknya saat ini sduah mencapai ribuan warga yang melintas dijalan itu, karena merupakan akses utama empat desa disekitarnya.
Pantauan wartawan koran ini, sepanjang jalan memang sebagian besar berada dipinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi. Setidaknya 100 meter badan jalan memang sudah cukup dekat dengan tepi sungai, bahkan saat ini jaraknya hanya beberpa sentimeter dan ada juga sebagian titik yang posisi badan jalanya sudah mengantung.
Jika tidak diantisipasi dengan tembok penahan atau beronjong, dikhawatirkan aliran air akan terus menggerus tanah dipinggiran jalan dan mengakibatkan longsor kembali sehingga badan jalan berpotensi terputus.
Umumnya warga sekitar lokasi menggakui, longsornya tanah dipinggiran jalan murni karena tergerus sungai. Beruntung sat ini belum memasuki musim penghujan, dikhawatirkan saat musim penghujan aliran sungai akan semakin deras dan menggerus sisi tanah penahan badan jalan. Karenanya untuk antirisipasi warga berharap dibangun tembok penahan atau beronjong dilokasi yang berpotensi longsor tersebut. (02)
0 komentar