.jpg)
*Melihat Industri Pembuatan Tahu Isi
Empat Lawang merupakan kabupaten baru di Sumatera Selatan yang memiliki aneka ragam makan khas. Salah satunya industri rumah tangga yang mulai berkembang di kabupaten tersebut, yakni pembuatan tahu isi.
Budi Santoso, Tebing Tinggi
SEPINTAS jika kita melihat bentuk tahu isi menyerupai tahu sumedang yang sudah sangat terkenal di beberapa wilayah Indonesia. Perbedaan kedua makanan yang kaya kandungan nabati tersebut hanya pada proses pembuatan, dimana untuk tahu sumedang memerlukan waktu yang cukup lama ketimbang membuat tahu isi.
Abdulrahman, salah seorang pengusaha tahu isi di Kecamatan Tebing Tinggi mengaku, sudah menekuni industri rumah tangga sejak 15 tahun silam. Ia mengaku, hanya memerlukan waktu 2 hingga tiga bulan agar bisa membuat tahu isi dan tahu sumedang. “Awalnya saya belajar membuat tahu isi di Cikijing, Pulau Jawa,”ujar pria kelahiran 1956 tersebut kepada Empat Lawang Pos, Minggu (17/1).
Sebelum menekuni usaha pembuatan tahu isi, bapak dua anak itu terlebih dahulu bekerja sebagai pemotong karet. Setelah sekian lama waktu berjalan ia mulai merasa jenuh akan pekerjaannya itu dan mulai mencoba industri pembuatan tahu yang ia pelajari di Cikijing.
“Sewaktu masih menjadi petani karet, saya musti berjalan puluhan kilometer sambil membawa karet untuk dijual. Dalam perjalanan saya kepingin karet yang saya bawa itu ringan, tapi pada saat ditimbang berharap berat karet yang saya bawa bertambah,” jelasnya.
Awalnya warga Jalan Kelurahan Pasar Tebing Tinggi Kecamatan Tebing Tinggi mengaku, hanya memproduksi tahu isi 5 kg per hari. Kala itu ia sangat susah memasarkan tahunya karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui. “Sebanyak 5 kg tahu yang saya buat setiap hari saya pasarkan sendiri menggunakan sepeda. Terkadang tahunya sering tidak habis dan dibawa pulang kembali. Tapi Alhamdulillah saat ini jumlah tahu yang saya produksi mencapai 75 kg per hari dan tidak harus memasarkannya sendiri. Bahkan kalau lagi ramai bisa mencapai 100 kg,” cerita Abdulrahman seraya menambahkan sudah memiliki 4 karyawan di rumahnya.
Tahu isi tersebut, menurut dia, saat ini hanya dipasarkan di Kecamatan Tebing Tinggi dengan harga jual Rp 150 per buah. Kedepan ia berencana akan mengembangkan pemasaran tahu isi yang dibuatnya ke pasar Pendopo dan sekitarnya.
“Selama ini saya baru mendapat bantuan kredit dari pemerintah Rp 3 juta dengan angsuran Rp 250 ribu per bulan tanpa bunga. Selain masyarakat umum, terkadang sering kepala dinas, Pak Camat bahkan bupati juga pernah membeli tahu buatan saya ini,” sambungnya.
Abdulrahman mengaku untuk membuat tahu isi memerlukan bahan, diantaranya kacang kedelai, minyak goreng, kayu bakar dan garam. Para pekerja mulai memproduksi tahu sekitar pukul 10.00 WIB setiap harinya.“Usaha tahu isi yang saya tekuni sempat terpuruk saat ada isu penggunaan formalin untuk pengawet. Bahkan pihak terkait pernah datang ke tempat saya untuk melakukan pengecekan, namun tidak menemukan kandungan formalin di produk saya. Karena sejak awal membuat tahu isi, saya tidak pernah menggunakan pengawet dan sebagai bukti tahu isi yang saya buat tidak dapat bertahan lama,” pungkasnya meyakinkan.(*)



0 komentar