f-Saukani/Empat Lawang Pos
EMPAT LAWANG- Kembali meningkatnya kebutuhan minyak tanah (Mitan), memacu kenaikan dan kelanggkaan jenis bahan bakar non subsidi ini. Tidak heran walaupun saat ini harga eceran cukup tinggi mencapai Rp 8000 perliter, warga terpaksa membeli karena khawatir dengan kelangkaan stock penjualan mitan dipasaran.
“Secara ekonomis memang lebih baik menggunakan kompor gas, tetapi untuk keamanan kami kembali menggunakan kompor Mitan. Karenanya kami harap mitan kembali dapat disubsidi, agar harganya tidak terlalu tinggi,” terang Maryati (47) warga Kelurahan Pasar Tebing Tinggi, Jumat (8/10).
Menurutnya, meskipun telah mendapatkan jatah kompor gas elpiji tabung tiga kilogram, dalam penggunaannya tetap merasa khawatir. Sebaliknya, dengan kondisi Mitan yang semakin langka, serta tingginya harga jual dipasaran dirinya tidak bisa menolak dan memaksakan dengan mengencet kebutuhan ekonomi lainnya.
“Lebih baik seperti sebelumnya, Mitan disubsisdi dan lebih mudah didapatkan. Dari pada dikonversi dengan penggunaan kompor gas, karena lebih mudah mengoperasikan kompor mitan dan lebih aman,” katanya seraya menambahkan, sat ini saja sudah banyak tetangganya yang menjual tabung dan kompor gas elpiji, karena masih khawatir dalam pemakaiannya.
Lain halnya dengan Siti (53) warga lainnya ini mengaku tidak sempat mendapatkan jatah kompor gas pada pembagian sebelumnya, karenanya hingga saat ini masih menggunakan kompor mitan meskipun harganya cukup tinggi dan langka.
“Kami memang tidak kebagian pak, tapi meskipun kebagian kami juga masih takut pakai kompor gas karena belum mengerti tekhnis menggunakannya. Ya terpaksa beli minyak tanah, walaupun mahal. Kami juga berharap mitan dapat disubsidi kembali, agar kami yang tidak mendapat jatah gas ini tidak merasa dirugikan,” ungkapnya.
Menanggapi kenaikan harga Mitan hingga Rp 8000 perliter, dikatakannya dirinya sangat berharap Mitan dapat disubsidi kembali, karena dibanding menggunakan tabung gas masyarakat masih banyak yang menggunakan mitan. Tidak hanya karena cemas dengan banyaknya permasalahan, tetapi memang masih banyak masyarakat yang belum kebagihan kompor gas pada konversi Mitan beberapa waktu lalu.
“Ya kalau bisa mitan disubsidi lagi, buat apa dikonversi kalau tidak merata dan banyak menimbulkan masalah. Selain itu kami minta pengawasan harga Mitan, jangan nantinya dinaikan sesuka hati saja oleh pedagang,” harapnya
Pantauan wartawan koran ini, selain mulai langka, jenis mitan yang beredar dimasyarakat saat memiliki perbedaan harga. Untuk mitan yang berwarna bening atau kelas baik, dijual dengan harga lebih tinggi dibading mitan yang agak keruh atau berwarna kecoklatan. Perbedaan harga bisa mencapai Rp. 1000 perliternya, hal ini disesuaikan dengan mutu mitan tersebut.
“Kalau yang bening Rp.8000 perliter, sedangkan yang keruh hanya Rp 7000 hinga Rp 7500 perliternya. Karenanya sebagian besar warga, berharap kebijakan pemerintah agar Mitan dapat kembali disubsidi.
Kendati demikian, kebutuhan Mitan masih digunakan masyarakat terutama yang berada didesa terpencil. Bahkan sebagai antisipasi tingginya harga Mitan, sejumlah warga menggunakan kayu bakar untuk alternatif memasak. Karena untuk didaerah, jenis kebutuhan memasak tradisional ini masih mudah didapatkan. Apalagi bagi masyarakat yang memiliki usaha pertanian atau perkebunan, potongan kayu dihutan dan dikebun dapat diangkut untuk dijadikan bahan bakar memasak.
Mengenai penggunaan kompor gas konversi mitan, atau jenis tabung hijau tiga kilogram. Diketahui masyarakat mulai khawatir, sehingga tidak sedikit yang hanya menyimpan tabung dan kompor gas tersebut. bahkan beberapa warga mulai menjual tabung dan kompor gas mereka, dengan harga beragam mencapai Rp 125 ribu per unit. (02)
0 komentar