EMPAT LAWANG- Masyarakat Desa Sugi Waras Kecamatan Tebing Tingggi, sangat mendambakan perbaikan fasilias jalan dan masuknya aliran listrik. Karena sejak beberapa tahun terakhir, kondisi jalan menuju desa tersebut mengalami kerusakan.
Begitu juga dengan aliran listrik dari PLN, hingga saat ini belum juga didapatkan.
”Masalah utama masyarakat desa kami, karena akses jalan menuju kota Tebing Tinggi sangat sulit dilewati, belum lagi jika musim penghujan kondisi jalan jalan akan berlumpur dan nyaris tidak bisa dilewati. Selain itu pada malam hari masyarakat harus tetap dalam kondisi gelap, karena belum dialiri listrik PLN. Karenanya sangat diharapkan, jika ada perbaikan jalan dan jembatan serta masuknya aliran listrik ke desa kami,” ungkap Kepala Desa Sugi Waras, M Basir kepada wartawan koran ini.
Dijelaskannya, dari Pasar Tebing Tinggi menuju Desa yang terkenal dengan potensi pertambangan batu bara ini mencapai sekitar 18 kilometer, menuju perbatasan antara Desa Baturaja sekitar 14 kilometer, kondisi jalannya sudah cukup baik. Tetapi untuk menuju Sugiwaras masih harus menempuh jarak sekitar empat kilometer, dengan kondisi jalan yang sudah rusak parah dengan sebagian besar tebingan curam.
Apalagi saat musim penghujan, sangat sulit untuk melewati sepanjang jalan tersebut. ”Tidak ada alternatif akses jalan lain untuk menuju Pasar Tebing Tinggi, terpaksa jika memang ada hal mendesak untuk melewati jalan tersebut tidak jarang harus bermalam ditengah jalan. Karena sudah dilewati, maka jarang sekali kendaraan angkutan umum yang mau masuk daerah kami,” kata Basir.
Menurutnya, kendala lainnya untuk menuju pusat kota Tebing Tinggi, saat jembatan kayu sepanjang lebih kurang sepuluh meter yang dibuat secara swadaya masyarakat beberapa waktu lalu hanyut saat terbawa arus banjir. Karenanya untuk antisipasi, warga dua desa Sugiwaras dan Baturaja melakukan perbaikan kembali secara swadaya.
”Padahal dari sekitar seribu jiwa penduduk desa sebagian besar kebutuhan pokok sehari hari harus dibeli dipasar, selain itu sejumlah anak sekolah dari Sugiwaras terpaksa mengontrak rumah di wilayah pasar. Karena kondisi jalan tidak memungkinkan untuk dilewati, selain itu fasilitas untuk penerangan saat belajar masih sangat minim,” terangnya.
Ditambahkannya, sebagian besar penduduk desa berpenghasilan sebagai petani karet dan kopi. Dengan kondisi kerusakan jalan maka hasil panen masyarakat terkadang tidak dapat dijual kepasar dan sebagai alternatif dijual pada pengumpul yang datang hingga setiap pecan. Tentunya harga jual dengan pengumpul yang datang jauh lebih murah dibanding pada pengumpul dipasar.
Belum lagi kondisi keamanan, karena tidak ada listrik warga terasa tidak nyaman dan takut pada malam hari. ”Beruntung warga desa masih mau diajak kerjasama untuk swadaya berjaga malam, setidaknya dapat mengupayakan kemanan terhadap masyarakat desa,” akunya.
Mengenai kebutuhan tenaga listrik, dikatakannya saat ini belum ada jaringan PLN yang masuk. Karenanya untuk mencukupi kebutuhan listrik sementara, pihak desa mengelolah listrik tenaga surya. Tetapi karena hanya menggunakan serapan tenaga yang tidak banyak, terkadang lampu hanya menyala hingga pukul 20.00 WIB. Untuk selanjutnya terpaksa kondisi desa harus gelap membuat para siswa yang ingin belajar dan kegiatan masyarakat lainnya terganggu.
”Sebagian masyarakat memang sudah ada yang memiliki mesin genset, tetapi hanya warga yang cukup mampu karena biayanya cukup tinggi. Semua kendala ini sudah berupaya kami usulkan hampir setiap tahunnya, tetapi hingga saat ini belum ada kejelasan realisasinya,” imbuhnya.(02)
0 komentar